Kisah Berdirinya Musholla Berdikari di Rumah Sejarah Rengasdengklok

Rumah sejarah Rengasdengklok
Warga saat bergotong royong membangun Musholla Berdikari. Foto : S Hartono

Ungkap.co.id – Penggerak rotong royong dalam membangun Musholla Berdikari di situs cagar budaya Rumah Sejarah Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat adalah bernama Sutomo.

Musholla Berdikari tepatnya berada di area halaman belakang situs cagar budaya Rumah Sejarah Rengasdengklok.

Sutomo mengatakan, situs cagar budaya Rumah Sejarah Rengasdengklok, merupakan rumah tempat Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta diasingkan oleh para pemuda, dalam rangka untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Menurutnya, Rumah Sejarah Rengasdengklok tidak sepi dari pengunjung, terutama pada hari Minggu dan hari libur, tempat ini sangat ramai. Pengunjung yang datang tidak hanya dari daerah Karawang dan sekitarnya, tetapi banyak juga dari luar daerah, bahkan tidak sedikit yang datang dari luar pulau Jawa.

“Situs cagar budaya Rumah Sejarah Rengasdengklok milik keluarga Bapak Yanto. Keluarga Bapak Yanto ini yang tinggal dan menempati Rumah Sejarah, sekaligus sebagai pengelolanya,” kata Sutomo ketika ditemui awak media, Rabu, 7 Juli 2022.

Baca Juga : Candi Muaro Jambi Dipasang Garis Polisi, Ada Badut dan Spiderman Ajak Prokes

Sutomo melanjutkan, setiap yang berkunjung ke situs cagar budaya Rumah Sejarah, disambut dan akan mendapatkan informasi yang jelas oleh Bapak Yanto dan istrinya.

“Informasi tentang situs cagar budaya Rumah Sejarah yang saat ini disampaikan, juga kami dapatkan dari penjelasan Bapak Yanto,” sambungnya.

Rumah sejarah Rengasdengklok
Musholla Berdikari saat dimanfaatkan untuk kegiatan sosial. Foto : S Hartono

Ia menjelaskan bahwa hubungan dirinya dengan Rumah Sejarah Rengasdengklok ini sangat dekat dan baik. Dirinya bersahabat dengan keluarga Yanto sejak kedatangannya ke situs cagar budaya Rumah Sejarah sekira pada tahun 2017.

“Dalam suatu kesempatan, saat kami bersilaturrahim ke situs cagar budaya Rumah Sejarah, bapak Yanto menyampaikan keinginannya kepada kami, untuk membuat musholla, mengingat di situs Cagar Budaya Rumah Sejarah saat itu belum ada mushollanya,” ungkapnya.

Sutomo menerangkan, bapak Yanto dan keluarganya adalah non muslim (beragama Nasrani). Ia memiliki keinginan besar untuk membuat musholla di area situs Rumah Sejarah, agar para pengunjung yang beragama Islam, bila sudah masuk waktu salat, ada tempat dan segera bisa melaksanakannya. Tetapi keinginannya belum dapat terwujud karena terkendala biaya.

Baca Juga : Cerita Pulau Berhalo

“Mendengar dan menyikapi yang disampaikan bapak Yanto kepada kami. Selanjutnya, kami bermusyawarah dan sepakat untuk membangun musholla di area situs cagar budaya Rumah Sejarah secara bergotong royong,” terangnya.

“Keluarga bapak Yanto yang menyiapkan dan menyediakan lahan (tanahnya), sementara saya dan sahabat-sahabat yang membiayai dan mengerjakan pembangunannya,” tambahnya.

Selanjutnya itu, kata Sutomo, tepatnya pada 31 Desember 2018, pembangunan musholla secara bergotong royong dimulai. Setelah sekitar tiga bulan dikerjakan, musholla selesai dibangun dan langsung bisa dimanfaatkan untuk ibadah salat.

“Musholla itu diberikan nama Musholla Berdikari,” ujarnya.

Disampaikan Sutomo, selain untuk kegiatan ibadah salat, Musholla Berdikari juga sering dimanfaatkan untuk kegiatan sosial. “Hal ini karena kami secara rutin dan berkala memberikan santunan kepada anak yatim, dan membagikan bahan pokok kepada warga sekitar Musholla Berdikari atau situs cagar budaya Rumah Sejarah tersebut,”
Demikian kata Bapak Sutomo mengakhiri penjelasannya. (S Hartono)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *