Harga Beras Tinggi, Rakyat Menjerit, Program Ketahanan Pangan Gagal Total

Ilustrasi pedagang beras. Foto : Istimewa

Ungkap.co.id Harga beras di pasaran melambung. Kondisi ini merupakan kondisi terburuk dan record kenaikan harga beras. Akibat kenaikan ini, pedagang pun kelimpungan, dan sulit mendapatkan beras. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, dikhawatirkan dapat membuat Indonesia masuk dalam fase darurat beras nasional.

Akademisi Dr. Suriyanto PD, SH., MH., M.Kn mengatakan, terkait impor beras yang akan dilakukan Kementerian Perdagangan, menunjukkan negara mengalami kemunduran di bidang pangan, terutama beras. Artinya, program ketahanan pangan gagal total.

Bacaan Lainnya

“Setelah rakyat menjerit dan pedagang beras mengalami kesulitan mendapatkan pasokan beras, akhirnya pemerintah mengguyur bantuan beras kepada masyarakat”.


“Hal ini baik yang dilakukan pemerintah tetapi kesalahan program ketahanan pangan food estate yang gagal tidaklah harus dibiarkan. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan wakil rakyat,” kata Suriyanto melalui keterangan di Jakarta, Sabtu, 16 September 2023.

Baca Juga : Harga Barang Melambung Tinggi, Bupati Bungo Duga Ada Permainan Pedagang

Suriyanto menyebut, program cetak sawah yang selama ini digaungkan presiden, tidak efektif dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia masih kekurangan pasokan komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.


Karena itu, cara ekstensifikasi lahan tidak akan berkontribusi signifikan pada pemenuhan kebutuhan domestik yang meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk.

Suriyanto mengatakan lahan memang menjadi masalah besar di sektor pertanian Indonesia. Sebab, banyak lahan pertanian yang telah dikonversi untuk pengembangan industri, infrastruktur dan lainnya.

Menurut Suriyanto, program cetak sawah tidak signifikan pengaruhnya terhadap penghasilan beras sebagai bahan pokok rakyat.

Baca Juga : Bakar Lahan Sendiri, Pria di Sarolangun Terancam 10 Tahun Penjara

Padahal jika anggaran-anggaran yang menguap dibuat untuk pengembangan secara teknologi dalam penanaman padi hingga panen dan diolah hingga menjadi beras, lahan di pulau Jawa dan Sumatera juga sudah cukup.

“Proyek mencetak lahan sawah baru tidak tepat untuk mengatasi krisis pangan saat ini. Jika dilakukan secara tergesa-gesa, proyek pencetakan lahan sawah baru yang memakan modal besar ini malah menimbulkan risiko gagal panen yang merugikan petani dan risiko kerusakan lingkungan yang lebih besar,” ungkap dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta ini.

“Kita tilik penanaman padi di Thailand, Vietnam dan negara-negara penghasil beras lainnya. Mereka benar-benar didukung penuh oleh para ahli dan penyuluh yang sesuai bidang serta teknologi yang sangat baik. Ketimbang buang uang negara dan tidak berhasil, sebaiknya pemerintah peka untuk memanfaatkan lahan pertanian padi yang ada,” pungkasnya. (***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *