Oleh: Dr. Suriyanto PD, Ketua Umum Pro GP
Ungkap.co.id – Beberapa waktu lalu, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto menyebutkan ada tiga tantangan terbesar dalam eskalasi politik Indonesia di tahun 2023—2024, antara lain, politik identitas, misinformasi, dan hate speech (ujaran kebencian).
“Tantangan terbesarnya secara eskalasi isu itu ada tiga, pertama politik identitas, yang kedua misinformasi, misinformasi yang terkait dengan hoaks. Ketiga adalah tentang hate speech, ujaran-ujaran kebencian terutama yang terkait dengan politik identitas,” kata Gubernur Lemhannas RI saat itu.
Tantangan-tantangan tersebut biasanya muncul pada platform-platform digital yang digunakan oleh masyarakat. Apa yang disampaikan Gubernur Lemhanas tersebut, terjadi saat ini. Jelang Pemilu 2024, eskalasi politik nasional cenderung mendidih.
Di berbagai platform media sosial, termasuk WAG, bermunculan dengan isu – isu negatif saling serang antar pendukung, saling memburukkan capres yang diusung tanpa tahu kebenarannya.
Baca Juga : PWRI Siapkan 1000 Motivator Bisnis Bersertifikasi
Ini sungguh miris, bila tidak disikapi, kondisi bangsa dan negara akan porak poranda karena hilangnya semangat kebersamaan dan persatuan.
Mengungkapkan sesuatu terkait persoalan berbangsa dan bernegara di platform media sosial, adalah sah-sah saja, sepanjang mengedepankan etika moral dan kesantunan budaya.
Yang harus kita sama – sama cermati adalah tentang etika dan moral suatu bangsa yang beragama. Dalam setiap tatanan kehidupan kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi etika dan moral serta budaya yang luhur, sangatlah tidak pantas bila melakukan fitnah, adu domba dan teori pembusukan.
Seperti beberapa waktu lalu ada yang demo menurunkan Presiden, ada satu grub WA yang anggotanya para petinggi partai, tokoh, aktivis dan lainnya tetapi isi percakapan di dalamnya sangat jauh dari etika moral dan kesantunan sebagai bangsa yang berbudaya.
Baca Juga : Ketum PWRI Ingatkan Jurnalis untuk Jaga Profesionalisme
Pada Sabtu minggu kedua Juni lalu, saya turun ke satu daerah Jawa Barat bertemu beberapa tokoh yang tidak mau disebutkan namanya. Tokoh tersebut menyampaikan kepada saya bahwa bacapres tersebut di dukung China dan asing, padahal hal tersebut tidaklah ada fakta.
Tantangan Indonesia saat ini adalah memperkuat konsolidasi demokrasi, sehingga demokrasi Indonesia bisa semakin matang menuju Pemilu 2024 di tengah kecenderungan regresi demokrasi ini.
Mari lah kita mendukung bacapres tetapi mari juga kita mengingat akhirat, jangan kita timbulkan fitnah yang lebih kejam dari membunuh, mari bersama kita jaga kondusifitas negri kita untuk kamajuan bersama.
Pemilu 2024 harusnya dilakukan dengan kampanye yang sehat dan berkualitas dan menyehatkan demokrasi, bukan kampanye gontok-gontokan, bukan kampanye yang merusak tatanan bangsa.
Baca Juga : Pembuat dan Penyebar Proposal Bantuan Dana DPD PWRI Lampung Akan Dipolisikan
Tidak ada di dunia ini satu negara pun yang berdiri sendiri tanpa bekerja sama dengan negara lainnya. Mari kita bersama – sama merenungi sejenak, jauhi sikap saling memburukkan satu sama lain, dan mengukur diri kita sendiri apakah diri kita sudah benar atau lebih pendosa dari orang yang kita fitnah.
Semoga kita dapat bersama sama menjaga pemilu damai di tahun 2024 untuk kemajuan bangsa dan negara agar dapat kita wariskan secercah contoh kebaikan untuk para generasi muda sebagai penerus pemimpin Bangsa ke depan tidak mengikuti jejak para tokoh yang sesat. (Jagad N)