Petani Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Covid-19 hingga Kegigihan Sosialisasi Prokes

Panen Padi
Padi milik Masrizal warga Dusun Empelu, Kecamatan Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo yang sebentar lagi memasuki musim panen. Foto : Dika

Ungkap.co.id – Pandemi Covid-19 yang tidak kunjung reda kian membuat resah banyak orang. Kesulitan mendapatkan bahan pangan dan aktivitas bekerja juga dibatasi, namun tidak dengan para petani di Kecamatan Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.

Para petani mengaku tidak merasa terganggu dengan pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Menurut mereka pandemi Covid-19 tidak lantas membekukan aktivitas mereka di bidang pertanian.

Mayoritas warga Kecamatan Tanah Sepenggal bermata pencarian sebagai petani. Selama masa pandemi Covid-19 mereka justru semakin giat bercocok tanam di sawah maupun lahan pertanian yang mereka miliki.

Kebanyakan dari mereka berpindah menanam sayur mayur seperti bayam, kangkung, dan sebagainya.

Hal ini benarkan oleh Masrizal (36) warga Dusun (Desa) Empelu, Kecamatan Tanah Sepenggal. Ia mengatakan selama pandemi Covid-19, warga menjadi semakin giat menanam sayur-sayuran selain menanam padi.

Baca Juga : Sempat Kejar-kejaran, PJR Ditlantas Polda Jambi Amankan Mobil yang Dibawa Pencuri

Walaupun dalam kegiatan bertani tidak terdapat kendala, namun para petani merasakan dampak hasil pertanian yang dikelola.

Menurut Masrizal di masa pandemi ini memang tidak memengaruhi kegiatan bertani namun dari segi pendapatan dari hasil pertanian sangat berpengaruh.

“Sebelum ada Covid-19 harga kangkung satu ikatnya di Kecamatan Tanah Sepenggal itu dijual bisa sampai Rp3.000,00. Kalau sekarang malah jadi Rp2000,00 sampai Rp2500,00 saja perikatnya. Padahal kalau panen bisa sampai 50-an iket,” kata Masrizal, Jumat (26/3/2021).

Baca Juga : Asap Digital Perlu Penyempurnaan Dijadikan Aplikasi Cegah Karhutla secara Nasional

Masrizal juga mengatakan salah satu faktor menurunnya harga kangkung disebabkan banyaknya warga yang beralih untuk nenanam jenis sayur yang sama selama masa pandemi Covid-19.

Hal tersebut mengakibatkan persaingan harga pasar sayur mayur yang dijual selama masa pandemi.

Ia juga berharap jika nantinya pandemi Covid-19 tidak berpengaruh pada hasil panen padi, cukup dengan sayur-sayuran saja.

“Panen sayur kayak bayam begini itu enggak setiap hari ada, kadang gagal juga tapi pas dijual harganya segitu. Jelas enggak cukup kalau buat biaya kebutuhan lain,” ungkapnya.

Tentu saja hasil dari penjualan sayur mayur yang ditanam tidak sepadan dengan perawatan yang diberikan. Salah satunya adalah kendala dalam mencari pupuk dan obat hama yang diperlukan.

“Mau cari pupuk sekarang ini terkendala stok yang terbatas di masa seperti ini,” terangnya.

Sementara itu, kata dia, untuk hasil panen padi itu tidak dijual, semuanya dikonsumsi sendiri.

“Itu untuk jaga-jaga dalam kondisi pandemi sekarang. Nanti kalau dijual ke pasar, suatu saat harga beras mahal, sementara di rumah beras sudah dijual semua, kan repot urusannya. Jadi kita konsumsi sendiri saja,” ujarnya.

Meskipun demikian, Masrizal sangat menerapkan anjuran dari pemerintah terkait pencegahan penyebaran Covid-19. Ia menjaga jarak dengan petani yang lainnya.

Baca Juga : 84 KM Perbaikan Jalan Diusulkan Bupati Bungo

“Saya tak pernah bosan bilang kepada teman-teman petani untuk selalu mematuhi protokol kesehatan (Prokes) pencegahan Covid-19. Yakni dengan memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, dan menjaga jarak aman,” katanya.

Oleh sebab itu, berkat kegigihan usaha Masrizal dalam mensosialisasikan protokol kesehatan kepada para petani, hingga sekarang Dusun Empelu menjadi salah satu dusun di Kabupaten Bungo yang tidak pernah warganya terkonfirmasi positif Covid-19.

Hal berdasarkan pantauan data dari tim gugus tugas penanganan Covid-19 Kabupaten Bungo. (Dika)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *