Oleh : Agnes Lutfi Oceananda Suharto mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIB Universitas Trunojoyo Madura
Ungkap.co.id – Perkembangan teknologi saat ini telah merambah di bermacam bidang kehidupan manusia. Salah satu bentuk dari pertumbuhan teknologi yang mempunyai pengaruh besar merupakan media sosial.
Media Sosial merupakan suatu media online, dengan para penggunanya dapat dengan gampang berpartisipasi, berbagi, serta menghasilkan isi meliputi web, jejaring sosial, wiki, forum serta dunia virtual. Web, jejaring sosial serta wiki ialah bentuk media sosial yang sangat universal digunakan oleh warga di segala dunia.
Media sosial digunakan selaku fasilitas menjalin pertemanan serta menyebarkan opini, berita ataupun informasi. Tetapi dalam perkembangannya, media sosial kerap disalahgunakan untuk menyebarkan opini, berita, ataupun informasi yang mengandung kebohongan( hoax), pencemaran nama baik, ujaran kebencian, sampai ancaman.
Publik harus pintar memilah kabar. Sebab media informasi semacam media sosial memberi banyak sekali informasi yang sebetulnya informal ataupun belum valid. Terdapat sebagian yang positif namun sebagian itu kerap kali timbul tanpa terdapat verifikasi serta berpotensi meresahkan publik apalagi bisa menimbulkan provokasi serta adu domba.
Baca Juga : Karena Semangat dari Teman-teman, Aku Sembuh dari COVID-19
Akibat yang disebabkan pada orang yang diberitakan merupakan turunnya kredibilitas serta kehabisan keyakinan diri. Sebaliknya akibat pada publik bisa memicu perselisihan, keributan dan ketidaktenangan sosial serta menyangkut politik serta SARA yang bisa memecah- belah bangsa.
Berikut merupakan metode yang wajib anda lakukan guna menjauhi berita hoax:
1. Hati- Hati Dengan Judul Provokatif
Berita hoax kerapkali memakai judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu.
Isinya juga dapat diambil dari berita media formal, hanya saja diubah-ubah supaya memunculkan anggapan sesuai yang dikehendaki si pembuat hoax.
Oleh sebab itu, apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, hendaknya Anda mencari rujukan berbentuk berita seragam dari web online formal, setelah itu bandingkan isinya, apakah sama ataupun berbeda. Dengan demikian, paling tidak Anda selaku pembaca dapat mendapatkan kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Mencermati Alamat Situs
Untuk informasi yang diperoleh dari web ataupun mencantumkan link, kita wajib mencermati alamat URL web yang dimaksud terlebih dulu. Apabila berasal dari web yang belum memenuhi pedoman pemberitaan media siber, maka informasinya dapat dibilang meragukan.
3. Mengecek Fakta
Perhatikan dari mana berita berasal serta dari siapa sumbernya? Apakah dari institusi formal semacam KPK ataupun Polri?
Baca Juga : Sebar Berita Hoax di Medsos, AE dibekuk Polda Jambi, AM Buron
Hendaknya jangan cepat yakin apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, ataupun pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Bila hanya terdapat satu sumber, anda tidak dapat memperoleh gambaran yang utuh.
Perbandingan antara berita yang dibuat bersumber pada fakta dan opini. Berita fakta merupakan kejadian yang terjalin dengan kesaksian serta fakta, sedangkan berita opini merupakan komentar serta kesan dari penulis kabar sehingga mempunyai kecenderungan untuk bersifat subyektif.
4. Cek Keaslian Foto
Di masa teknologi digital dikala ini, bukan hanya konten berbentuk bacaan yang dapat dimanipulasi, melainkan pula konten lain berbentuk gambar ataupun video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit gambar guna memprovokasi pembaca.
Baca Juga : Soal Pilkada, Polda Jambi Rekam Ribuan Percakapan di Medsos, Penyebar Hoax Akan Ditangkap
Cara untuk mengecek keaslian gambar dapat dengan menggunakan mesin pencari Google, ialah dengan melakukan drag- and- drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar- gambar yang sama yang ada di internet sehingga dapat dibandingkan.
5. Ikut dan Grup Diskusi Anti Hoax
Di Facebook ada beberapa fanpage serta grup diskusi anti hoax. Di grup- grup diskusi ini, netizen dapat turut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax ataupun bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang telah diberikan oleh orang lain. Seluruh anggota dapat turut berkontribusi sehingga grup berperan seperti crowdsourcing yang menggunakan tenaga banyak orang.