Pembuatan Helikopter itu sendiri memakan waktu kurang lebih sekitar 3 bulan lamanya. Tidak ada mengunakan barang baru semuanya menggunakan bahan bekas.
Baca Juga : Pasca Penangkapan Puluhan Kelompok SMB, Pangdam II/SWJ Kunjungi Jambi
Seperti kepala helikopter terbuat dari bekas kepala mobil Carry, besi untuk badan helikopter juga berasal dari sisa-sisa besi tua, dan tenaga untuk memutar baling baling mengunakan dua unit mesin kendaraan bermotor.
Usman kembali menceritakan, pembuatan helikopter tersebut tidak ada yang mengajarinya, atau belajar dengan siapapun melainkan didapat dari otodidak.
“Ini kurangnya hanya tali seplin, sama shok bheker dan kelahar duduk dua biji. Saya yakin bisa terbang helikopter ini,” tegasnya.
Dirinya menjelaskan, bahan pembuatan helikopter tersebut didapat dari mengumpulkan bahan dari besi tua, yang diutamakan besi yang memiliki tidak memiliki berat yang berlebih atau lebih ringan diutamakan.
“Dak tau lagi biayanya, saya kumpul kumpul duit hasil depot air, kumpul 200 ribu saya belikan besi. Kalau ditotal sekitar 35 sampai 40 jutaan,” tutupnya.
Baca Juga : Selain Semprotkan Disinfektan, Pemdus Empelu juga Sosialisasi Prokes ke Warga
Dalam pembuatan helikopter tersebut, Jalil juga dimarahi oleh anak dan menantunya. Karena mereka menilai membuat helikopter tersebut membuang uang saja.
Seperti diceritakan istri Jalil, Nurhayati dirinya mengatakan selain ada penolakan dari anak dan menantunya, dan banyak warga yang meremehkan suaminya untuk membuat helikopter itu. Namun dengan kegigihan suaminya tambah kuat dan semangat untuk membuat helikopter tersebut.
“Bapak kalo sudah digituin, semangatnya tambah karena bapak pengen membuktikan ke masyarakat bahwa ia bisa,” katanya. (Syah)