Sungai Batanghari Semakin Keruh, Tirta Mayang Sulit Mengolah Air

Sejak beberapa pekan terakhir, kekeruhan Sungai Batanghari meningkat secara signifikan. Kondisi ini menyebabkan Perumda Air Minum Tirta Mayang mengalami kesulitan dalam mengolah air agar tetap memenuhi standar kualitas untuk disalurkan kepada pelanggan. (IR)

Ungkap.co.id Sejak beberapa pekan terakhir, kekeruhan Sungai Batanghari meningkat secara signifikan. Kondisi ini menyebabkan Perumda Air Minum Tirta Mayang mengalami kesulitan dalam mengolah air agar tetap memenuhi standar kualitas untuk disalurkan kepada pelanggan.

Direktur Utama Tirta Mayang, Dwike Riantara, mengatakan, berdasarkan monitoring rutin yang dilakukan setiap jam oleh laboratorium Tirta Mayang, data kekeruhan air baku dari Sungai Batanghari di Intake Aurduri dan Pulau Pandan menunjukkan kenaikan bertahap dari kondisi normal 300-350 NTU ke angka 466, 700, 800, 900, hingga mencapai 1.090 NTU pada hari Senin, 15 September 2025.

Bacaan Lainnya

Nephelometric Turbidity Unit disingkat NTU adalah satuan standar untuk mengukur tingkat kekeruhan air. Semakin tinggi angka NTU-nya, maka semakin keruh air tersebut.

“Dalam kondisi air baku yang kekeruhannya tinggi ini, proses pengolahan air oleh Tirta Mayang memerlukan dosis bahan kimia koagulan hingga 50% lebih banyak dibanding kondisi normal. Untuk menjaga kualitas dan keamanan air bagi pelanggan, volume produksi dan distribusi terpaksa dikurangi 10% dari kondisi normal,” Dwike menjelaskan dalam keterangan persnya, Rabu, 17 September 2025.

“Dengan kondisi ini, maka sebagian pelanggan yang dilayani oleh IPA Broni 2 akan mendapatkan aliran air kecil dan tekanan rendah. Beberapa pelanggan kemungkinan tidak teraliri sama sekali,” lanjutnya.

Baca Juga : Kapal Pompong Terbakar dan Tenggelam di Sungai Batanghari, Satu Orang Hilang

Pelanggan yang tidak teraliri sama sekali disarankan untuk menghubungi nomor pengaduan 0821 2121 9692 agar suplai air dapat dikirim oleh Tirta Mayang dengan mobil tangki.

Berikut beberapa Kelurahan yang terdampak:
1. Tambak sari
2. Pakuan Baru
3. Kebun Handil
4. Handil Jaya
5. Cempaka Putih
6. The Hok
7. Talang Jauh
8. Sungai Putri
9. Beliung
10. Simpang Empat Sipin
11. Simpang Tiga Sipin
12. Selamat
13. Telanaipura
14. Solok Sipin.

Dirut Tirta Mayang juga menambahkan, Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang paling terdampak yaitu Broni 2. Sementara IPA Broni 1 masih beroperasi dengan volume normal, begitu juga dengan beberapa IPA lainnya yaitu IPA Aurduri, IPA Tanjung Sari, IPA Tanjung Johor, dan IPA Pasir Panjang.

Dwike menjelaskan, Tirta Mayang terus melakukan langkah-langkah berikut:

1. Menyesuaikan volume produksi dan distribusi pada IPA Broni 2 sampai kondisi kembali normal.
2. Monitoring kualitas air baku Sungai Batanghari di semua titik pengambilan (intake) dan melakukan penyesuaian operasional sesuai perkembangan di lapangan.
3. Menguras lumpur reservoir secara bertahap.

“Kami berharap pihak-pihak yang berwenang atas standar baku mutu air Sungai Batanghari yaitu Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi, Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI, Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Kota Jambi, segera menelusuri penyebab peningkatan kekeruhan dan mengambil langkah-langkah pencegahan maupun penanganan atas kondisi ini,” kata Dwike mengakhiri. (*/Syah)

Pos terkait