Berebut Buah Sawit, Buruh Tani Bacok Temannya hingga Kritis

Kapolsek Mestong AKP R Deddy Wardana Gaos saat menggelar konferensi pers terkait pengungkapan kasus pembacokan. (Syah)

Ungkap.co.id Berasal dari berebut panen buah kelapa sawit, seorang buruh tani di Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi tega membacok rekannya sesama petani hingga kritis pada Jum’at lalu (16/8/24).

Pelaku tega menganiaya korban menggunakan senjata tajam lantaran sakit hati dengan perkataan korban.

Bacaan Lainnya

Korban adakan MS (49) yang merupakan buruh tanj asal Desa Tanjung Pauh, Kecamatan Mestong, yang kritis usai dibacok oleh rekannya sendiri menggunakan parang.

Kapolsek Mestong AKP R Deddy Wardana Gaos saat menggelar konferensi pers menyebutkan korban yang terluka parah tampak terbaring lemah di Puskesmas akibat 3 luka sabetan senjata tajam di tubuhnya.

Baca Juga : Tak Terima Dinasehati, Warga Bungo Dibacok Temannya Sendiri Pakai Parang

“Saat ini pelaku sudah kita amankan di Polsek Mestong. Pelaku berinisial AR (41) warga Kota Baru, Riau,” ujarnya.

Dilanjutkan dia, saat akan dilakukan penangkapan, pelaku sempat melarikan diri ke Provinsi Riau, namun berhasil diamankan tanpa perlawanan.

“Untuk korban ini dibacok menggunakan parang oleh pelaku saat keduanya berada di pondok kebun,” jelasnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, peristiwa berdarah ini terjadi di area perkebunan kelapa sawit milik S di Kilometer 39 Desa Tanjung Pauh, Kecamatan Mestong tempat di mana korban dan pelaku bekerja.

Baca Juga : Dijenguk Kapolda, Begini Kondisi Polisi di Jambi yang Dibacok dan Dikeroyok Pemuda

“Sedangkan motif pelaku dipicu persoalan panen sawit. Di mana berdasarkan pengakuan pelaku, hasil panen buah sawit di lahan tempat mereka bekerja diambil alih oleh korban,” sambungnya.

“Saat ini pelaku ditahan di Polsek Mestong. Atas perbuatannya pelaku dijerat dengan pasal 351 ayat 2 KUHP dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara,” tutup Kapolsek. (IR)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *