Terkait Konflik Berdarah di Papua, Ini Kata Orang Papua Tinggal di Bungo

Ungkap.co.id – Sulaiman Kajze/Lahorensius putra asli Papua yang sekarang tinggal di Keluruhan Sungai Binjai, Kecamatan Bathin III, Bungo, angkat bicara terkait masalah teriakan Papua Merdeka, kamis (29/08/2019).

Sebelum jauh membahas masalah teriakan Papua Merdeka, Sulaiman menceritakan sedikit awal mulanya ia masuk Kabupaten Bungo.

Bacaan Lainnya

“Awalnya saya masuk ke Kabupaten Bungo akhir tahun 1979. Waktu itu diajak sama Rusdianto adiknya yang punya Hotel Plamboyan, dan langsung kerja disana,” ujarnya.

Kemudian, lanjutnya, tahun 1982 bekerja di Rumah Sakit Umum H. Hanafie hingga tahun 1998. Namun tahun di 1999, pindah ke Jambi. Selanjutnya Tahun 2000 ia bekerja sebagai tukang bangunan Hotel Semagi. Setelah pembangunan Hotel Semagi selesai, ia langsung bekerja menjadi saptam sampai tahun 2012. Lalu tahun 2013 pindah ke Hotel Bungo Plaza/Wiltop hingga sekarang.

“Sejak tahun 2000 saya kerja di bangunan hotel semagi, selesai bangunan tersebut saya langsung jadi Saptam sampai tahun 2012. Dan pada tahun 2013 saya pindah kerja di hotel Bungo Plaza/Wiltop hingga sekarang,” terangnya.

Sulaiman juga menambahkan bahwa ia bersama temannya dari papua ada 7 orang, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Piter, sekarang tinggal di pal 6 Kabupaten Bungo bekerja di tokoh obat Sarianda.
2. Muslim, sekarang di Dusun Lubuk Landai, bekerja sebagai petani.
3. Yulistono, sekarang di Jujuhan, tepatnya di Dusun Tanjung Belit, bekerja sebagai petani.
4. Sulaiman
5. Alex/Muhammad Daud tinggal di Payo Silincah Jambi.
6. Natalis tinggal di Kota Baru GOR Jambi
7. Model tinggal di Padang.

Menanggapi terkait kejadian Papua sekarang, Sulaiman mengaku belum begitu paham dengan masalahnya. Karena ia sedang bekerja disini (Bungo). Namun dikatakannya, melihat berita yang beredar membuatnya menjadi terkejut. Padahal, ujar Sulaiman, Presiden Jokowi sedang membangun jalan di Papua, sudah sangat bagus.

Menurutnya, sejak sekolah Soekarno sudah memperjuangkan agar indonesia ini utuh dari Sabang sampai Merauke.

“Kita tahu negara ini sudah merdeka, lantas apalagi yang mau dipersoalkan,” imbuhnya dengan tanda tanya.

“Di dalam TV, terlihat mahasiswa yang ribut, padahal pas 17 Agustus saya sampai bingung kenapa orang kami ini sampai ribut. Persoalan mahasiswa ini, saya kira ada indikasi hasutan dari pihak lain yang menginginkan negara ini ribut. kalau saya tidak terima hal ini, sebab ini sudah keputusan mutlak bahwa NKRI Harga Mati,” tegasnya.

Sulaiman mengatakan, waktu di Sekolah Dasar sudah belajar tentang Indonesia, yakni belajar ilmu bumi (Globe), disana kita tahu bahwa Indonesia itu luas termasuk Papua Nugini. Tahun 1970 sampai tahun 1976 Irian Timur itu masih bagian Indonesia.

“Harapan saya jangan sampai gejolak ini menjadi masalah yang berkepanjangan. Presiden Jokowi Widodo bersama Menteri Pertahanan Republik Indonesia dan aparat penegak hukum harus segera menangkap orang mempropaganda orang kami,” tutup Sulaiman. (Ares Sandra)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *