Jadi Khotib Salat Idul Adha, Ketua DPRD Sampaikan 5 Keteladanan Nabi Ibrahim A.S

DPRD Kota Bogor
Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto saat menjadi khotbah salat Idul Adha. Foto : S Hartono

Ungkap.co.id Gema takbir berkumandang di Taman Heulang, Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Ruang publik yang telah ditutup selama lebih dari dua tahun akibat pandemi Covid-19, akhirnya kembali penuh sesak oleh warga yang mengikuti rangkaian ibadah sholat Idul Adha 1443 Hijriah, Minggu (10/7/22).

Sholat Idul Adha ini diimami oleh Abdul Qodir Kalsaba Al-Hafidz yang merupakan Mudir Pesantren Huffaz Gemma. Sedangkan untuk khotbah Idul Adha disampaikan oleh Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto.

Bacaan Lainnya

“Idul Adha merupakan hari raya yang istimewa. Karena dua ibadah agung, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban dilaksanakan pada hari raya ini. Dan keduanya dijalankan oleh Nabi Ibrahim A.S. Sedikitnya, ada 5 (lima) keteladanan yang bisa diambil sebagai pelajaran bagi kita semua, untuk dijalankan dalam kehidupan sekarang,” jelas Atang.

Kang Atang selanjutnya menyebutkan bahwa inspirasi keteladanan tersebut diperkuat dalam Al Qur’an Surat Al-Mumtahanan ayat 4 yang berbunyi : “Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya”.

Ibadah haji dan ibadah qurban adalah ibadah yang berat dan tentunya hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan Allah, sesuai makna “Qurban” yang berasal dari kata “qaruba – qaribun” yang berarti dekat.

“Meskipun seseorang telah mampu secara materi, belum tentu sanggup menjalankan kedua ibadah tersebut karena belum dekatnya sama Sang Maha Kuasa. Untuk itu, marilah kita berdoa agar Allah SWT menguatkan kita untuk senantiasa dekat denganNya, sehingga kita merasa ringan untuk menjalankan ibadah apapun, khususnya hari raya idul adha,” ungkap Atang.

5 Keteladanan Nabi Ibrahim A.S

Selanjutnya, Kang Atang menjelaskan sedikitnya 5 (lima) keteladanan yang bisa diambil sebagai pelajaran dari Nabi Ibrahim A.S. Pertama, berbaik sangka kepada Allah SWT. Sikap berbaik sangka kepada Allah membuat Nabi Ibrahim As. dan Siti Hajar yakin bahwa tidak mungkin Allah SWT punya maksud buruk dalam memerintahkan sesuatu.

“Manakala seseorang sudah berbaik sangka kepada Allah SWT, maka ia akan selalu optimis akan kehidupannya. Kita yakin bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik dari Allah SWT. Sikap ini sangatlah penting, karena dari sikap inilah kita akan menjalani kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah SWT,” jelasnya.

Baca Juga : DPRD Kota Bogor Dorong Pemkot Tutup Permanen Elvis Cafe Eks Holywings

Kedua, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ibadah haji mendidik ummat Islam untuk disiplin dalam syari’at. Ibadah ini dimulai dengan ihram yang berarti pengharaman dan diakhiri dengan tahallul yang berarti penghalalan. Dari sini, seorang muslim akan selalu siap meninggalkan sesuatu yang memang diharamkan Allah SWT dan hanya mau melaksanakan sesuatu bila memang dihalalkan oleh Allah SWT.

“Pelajaran ketiga, terus bergerak dalam kebaikan. Ibadah haji adalah ibadah bergerak. Bermalam di Mina diteruskan dengan wukuf di Arofah. Lanjut perjalanan dan bermalam di Muzdalifah. Setelah itu menuju Jamarat. Thawaf dan Sa’i juga bergerak sambil terus berdzikir. Maka, hidup kita harus diupayakn untuk terus bergerak dalam kebaikan,” urai Kang Atang.

Baca Juga : DPRD Kota Bogor Keluarkan Rekomendasi LKPJ 2021

Keempat, jiwa pengorbanan yang besar. Dalam ibadah qurban, Nabi Ibrahim mendapat ujian pengorbanan terbesar dari Allah SWT. Andaikan Ibrahim manusia yang lemah, tentu akan sulit untuk menentukan pilihan, Allah atau Isma’il. Namun, ia tidak ingin cintanya kepada Allah memudar karena lebih mencintai putranya. Akhirnya ia memilih Allah dan mengorbankan Isma’il yang akhirnya menjadi syariat ibadah qurban bagi umat nabi Muhammad SAW.

“Terakhir adalah pendidikan keluarga. Betapa Nabi Ibrahim A.S memperhatikan pendidikan keluarganya. Dari mulai berdoa agar diberikan keturunan yang sholih hingga mendidik keluarganya menjadi pribadi beriman yang begitu tinggi akhlaknya. Ini perlu dicontoh oleh kita semua sebagai orang tua dari generasi masa depan Indonesia,” pungkasnya. (S Hartono)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *